.post-body.entry-content {text-align: justify;}

Sunday, February 8, 2009

Mengisap jempol


(Sewaktu Hakim belum setahun)

Sruupp...Sruuup....Sruuup... Demikian kira bunyinya ketika anak keduaku, Hakim mengisap jempol. Yah.. hingga usianya sekarang yang menginjak 2,5 tahun, ia masih suka mengisap jempol kirinya ketika tengah terlelap tidur. Aktivitas “unik” tersebut saat ini sudah cukup berkurang, artinya ia mengisap jempol hanya ketika tidur saja. Kalau dulu, duh... hampir sepanjang waktu, baik ketika bermain, atau menonton, bisa dipastikan ia akan asyik sendiri dengan “dot” (baca : jempol kiri) kesayangannya.

Terus terang saya sangat tidak suka dengan kesenangannya itu. Apalagi dampaknya bagi gigi ga bagus Jadi jika saya melihatnya tengah mengisap jempol, ia pasti langsung menarik jempolnya, karena tau saya pasti akan segera “memarahinya”.

Dulu, guna mencegah kebiasaan buruknya tersebut saya mencoba bermacam cara. Mulai dari mengoleskan tangannya dengan rebusan sambiloto, balsem, bawang atau minyak kayu putih. Semuanya ga mempan, karena ia akan segera membersihkannya langsung baik dengan air maupun dengan lap. Nah percuma kan… Sampai akhirnya saya berinisiatif memberikan jempolnya itu sejenis “Handy plast” (maaf menyebut merk). Dan ternyata cukup ampuh. Jadi setiap ia akan memasukkan jempolnya ke mulut, ia akan segera menarik kembali karena rasanya pasti ga enak. Awalnya sih ia cukup marah. Tapi lama-lama ia mulai terbiasa. Dan saat ini kebiasaannya tersebut sudah cukup berkurang.

Sempat juga kebiasaan mengisap jempolnya ilang selama dua minggu dan “handyplast” di tangannya saya buang. Eh.. ga tau kenapa muncul lagi sekarang. Terpaksa deh saya memberikan “handyplast” lagi di tangannya. Jadi sekarang ia hanya mengisap jempolnya waktu mau tidur aja. Itu pun kalau ada saya ia ga akan berani. Yah... mudah-mudahan kebiasaannya itu akan cepat ilang. Mungkin cara saya memakai “handyplast” bisa ditiru ama ibu-ibu lain yang juga punya anak gemar mengisap jempol.

Selengkapnya...

Jagoanku bertangan kidal



Ini tentang jagoan keduaku, Hakim (2,5 tahun). Kidal biasanya diartikan orang yang biasanya dominan menggunakan tangan kirinya untuk beraktivitas. Yap, Hakim memang bertangan kidal. Sejak ia bisa memegang sesuatu (saya lupa umur berapa persisnya), ia sudah menunjukkan orientasi penggunaan tangan kirinya. Hingga sekarang tangan kirinya emang lebih dominan. Baik ketika ia memegang pinsil untuk menulis, mengambil barang, melempar mainan, bermain bulutangkis, ia selalu menggunakan tangan kirinya. Pun ketika bermain sepakbola, ia menendang bola dengan kaki kirinya.

Saya sih sebenarnya ga masalah dengan kondisi tersebut. (kecuali untuk makan saya biasanya mengarahkan agar selalu menggunakan tangan kanan. Sebab karena lupa atau apa, anak saya Hakim kerap masih menggunakan tangan kirinya untuk memegang sendok atau makan dengan tangan kirinya. Hal ini saya coba perlahan-lahan mengubah kebiasaannya tersebut.). Karena orang bertangan kidal punya kelebihan tersendiri. Bukankan tokoh dunia hebat sekarang, seperti Barrack Obama, atau Hillary Clinton bertangan kidal ? Pun dirut pertamina terpilih saat ini, Karen, juga ternyata kidal.

Menurut para pakar, masing-masing belahan otak kita mengatur mode pikiran yang berbeda. Hipotesa ini disebarluarkan oleh Roger Sperry, pemenang Hadiah Nobel pada 1981. Mode-mode itu secara garis besar terbagi dua: Otak kiri berperan dalam mengasah logika, berpikir secara berurutan, rasional, analitis, obyektif dan parsial. Sementara otak kanan berperan membentuk intuisi, berpikir acak, holistik, sintesis, subyektif dan menyeluruh.

Tangan kiri bekerja atas perintah otak kanan, sehingga orang-orang kidal tidak terlalu kerepotan dalam mengasah otak kanannya. “Ini tentunya berita buruk bagi mereka yang tidak dianugrahi tangan kidal, karena berarti mereka tidak memiliki dominasi otak-kanan,” ujar Mathias Konradson.

Brunt mengutip sebuah rumor, mungkin juga mitos, bahwa ada yang percaya orang kidal lebih pintar ketimbang orang kanan. “Orang bertangan kanan hanya menggunakan satu belahan otaknya, sedangkan orang kidal menggunakan keduanya — bahkan untuk tugas sepele seperti memungut pensil.”

Apapun adanya, saya tetap memandang bertangan kidal merupakan anugerah dan punya kelebihan tersendiri....
Selengkapnya...

Thursday, February 5, 2009

Pindah kerja euy...

Yap... mulai bulan ini saya udah pindah kerja. Tetap sih di kantor lama, cuma pindah seksi aja. Kalo dulu di bidang kajian, nah sekarang di urusan logistik. Beban kerja yang berat dan untuk menyesuaikan dengan background pendidikan saya menjadi alasan kenapa saya ditempatin di logistik. Begitu pimpinan saya bilang.
Berat juga karena sejak awal saya kerja udah di bidang kajian. Tapi yah namanya kan penyegaran dan rolling staf, itu hal yang biasa.....

Di tempat baru saya mesti menyesuaikan dengan suasana kerja yang beda ama yg dulu. Tapi untungnya ga lama n ga susah juga karena temen2nya enak dan kooperatif. Yang dulunya saya berkutat dengan kajian2 dan tetek bengeknya , sekarang saya mesti menghadapi tumpukan barang-barang yang mesti diinventarisir. Selama ini emang logistik lagi kekurangan staf sementara kerjaaan menumpuk terus.

Semangat...semangat...semangat.....
Yap kerja harus semangat.
Jangan tanyakan apa yang telah negara berikan padamu, tapi tanyakanlah apa yang sudah kamu sumbangsihkan untuk tanah airmu.
Selengkapnya...